Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan dan Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara melalui telepon pada hari Sabtu (9/12). Mereka menyatakan keprihatinan mereka atas dampak mendalam dan berbahaya, terkait keputusan Donald Trump yang menyatakan Yerusalem sebagai ibukota Israel. Termasuk memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Kedua pemimpin negara tersebut sepakat mulai berusaha meyakinkan pemimpin AS agar bisa memikirkan kembali keputusan kontroversialnya, yang diumumkan pada hari Rabu (6/12). Erdogan yang paling mengkritik langkah kontroversial tersebut. Pekan lalu Erdogan mengancam akan sampai memotong hubungan dengan Israel. Dalam pidato yang dibuat pada hari Sabtu (9/12), pemimpin Turki tersebut menambah kritikannya terhadap Israel, yang mencap sebagai keadaan penduduk yang menggunakan teror terhadap orang-orang Palestina. Emmanuel Macron juga mengutuk keputusan tersebut, dan menyebut keputusan yang patut disesali. Macron menyatakan bahwa keputusan itu bertentangan dengan hukum internasional dan semua putusan Dewan Keamanan PBB. "Status Yerusalem adalah masalah keamanan internasional yang menyangkut seluruh masyarakat internasional. Status Yerusalem harus ditentukan oleh orang Israel dan Palestina dalam perundingan di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata Macron, seperti dilansir dari Al Araby, Minggu (10/12). Macron sudah membentuk hubungan dekat dengan pemerintahan Trump sejak dia menjabat. Macron dilaporkan menelepon presiden AS awal pekan ini agar bisa mencegahnya dari keputusannya Yerusalem.
0 Comments
Leave a Reply. |
Categories
All
Archives
December 2017
|