Masa saat Playstation masih menjadi raja mungkin merupakan masa-masa terindah bagi gamer konsol. Bagaimana tidak? Ratusan judul game berkualitas hadir memanjakan para gamer sepanjang dominasi konsol milik Sony tersebut. Hadir dalam berbagai genre, persaingan yang ketat di antara pihak developer melahirkan energi kreativitas yang berujung ke kualitas. Salah satu yang cukup berjaya di masa itu adalah Squaresoft, yang kini telah berubah nama menjadi Square Enix. Saat itu, Squaresoft memang mampu menghasilkan lusinan judul game berkualitas yang masih memorable hingga saat ini. Salah satunya adalah game Action RPG fenomenal, Brave Fencer Musashi. Dengan menawarkan gameplay yang unik, voice acting yang jarang ditemukan di game-game masa itu, dan sistem battle yang menyenangkan, game ini sukses besar di pasaran masa perilisannya (1998). Kesuksesan ini seolah dapat diprediksikan mengingat Musashi membawa nama-nama besar seperti Tetsuya Nomura sebagai tim pengembangnya. Hasilnya? Melebihi ekspektasi gamer. Membicarakan Musashi berarti membicarakan masa-masa indah di sekolah tingkat pertama dulu. Ketika Playstation masih menjadi benda mewah yang belum terjangkau, Musashi sudah membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Berkat “racun” dari teman yang ekonominya cukup berada waktu itu, memainkan Musashi seperti menemukan sebuah oase di padang pasir kebosanan. Tidak heran jika game ini kemudian menjadi pilihan pertama ketika bujukan kepada Ayah berhasil menelurkan Playstation di rumah. Sayang seribu sayang, serbuan game-game yang bagus di masa itu membuat saya meninggalkan game ini terbengkalai. Sesuatu yang saya sesali hingga saat ini. Plot Brave Fencer Musashi sebenarnya merupakan pahlawan legenda yang sudah wafat 150 tahun yang lalu di Allucaneet Kingdom. Namun, kondisi yang genting membuat Fillet, putri Kerajaan Allucaneet,melakukan ritual reinkarnasi untuk menghidupkan kembali pahlawan besar ini. Maka, Musashi kembali hidup untuk mencegah kehancuran kerajaan Allucaneet dari serangan Thirstquencher Empire. Dengan kondisi Fillet yang diculik oleh pihak agressor, Musashi bersama kedua pedangnya: Fusion dan Lumina menjelajahi dunia untuk mencari Five Scrolls sebagai jalan utama untuk mengalahkan Thristquencher Empire yang dipimpin oleh Flatski. Gameplay Brave Fencer Musashi memang berfokus ke action-RPG yang kental. Tombol di stik digunakan untuk melompat, menyerang, dan menyerap skill musuh dengan fusion, memberikan damage besar dengan Lumina, dan menggunakan skill yang didapatkan dari musuh. Salah satu elemen yang paling menarik di game ini adalah dihadirkan sistem waktu yang akan membuat lingkungan ikut berubah. Sistem kelelahan dan kebebasan untuk melakukan eksplorasi juga menghadirkan keunikan tersendiri dalam Brave Fencer Musashi. Apa yang Saya Sukai dari Brave Fencer Musashi?Gameplay Genre action-RPG yang dibawa oleh Musashi harus diakui mampu tereksekusi dengan sempurna. Memadukan berbagai nuansa game aksi yang membutuhkan eksekusi gerakan cepat, namun sekaligus nuansa game RPG di mana Anda berkesempatan untuk memperkuat karakter membuat game ini tampil maksimal. Apalagi game bergenre ini masih terhitung jarang di masa Playstation dulu. Brave Fencer Musashi tampil begitu memesona di kala itu (bahkan hingga saat ini). Serap Skill Musuh! Konsep di mana Musashi dapat menggunakan pedang Fusionnya untuk menyerap kekuatan musuh patut diacungi jempol. Dengan beragam musuh yang dihadirkan di sana, Anda selalu merasakan penasaran yang sama—berusaha untuk menyerap skill setiap musuh yang ada dan menentukan mana yang terbaik di antaranya. Ketika Anda mendapatkan kekuatan musuh yang mampu menghasilkan damage besar atau memberikan buff yang menguntungkan, kepuasannya luar biasa. Dengan konsep seperti ini pula, setiap gamer Musashi akan memiliki kebebasan untuk menentukan caranya sendiri dalam mengalahkan setiap musuh yang ada. Waktu dan Kelelahan = Ketiduran Game-game yang lahir di Playstation biasanya menyediakan waktu yang sudah fixed dan tidak terlalu berpengaruh terhadap jalannya permainan. Namun, di Brave Fencer Musashi, konsep itu berubah 180 derajat. Waktu menjadi elemen yang penting, tidak hanya menentukan monster yang akan hadir pada waktu tertentu (pagi, siang, sore, dan malam)—tetapi juga kondisi kesehatan dari Musashi sendiri. Sebagai seorang hero yang juga membutuhkan waktu istirahat, Musashi juga harus memastikan bahwa ia memiliki waktu untuk sejenak tidur dan mengumpulkan tenaga kembali. Jika kelelahan, ia tidak akan dapat berfungsi secara maksimal. Bahkan, mungkin saja ia akan ketiduran saat pertarungan sedang berlangsung. Kedua hal inilah yang kemudian menjadi Musashi begitu unik. Musik Salah satu yang membuat Musashi begitu memorable adalah theme song yang diadaptasikan di dalamnya. Seperti game-game keluaran Squaresoft, Musashi menampilkan musik yang mampu menghadirkan atmosfer unik ke dalam permainan. Salah satu yang paling berkesan tentu saja “The Musashi Legend” dan “Forest At Sleep” yang mungkin dapat membangkitkan sedikit memori Anda tentang game ini. Squaresoft bahkan sempat merilis album kompilasi Brave Fencer Musashiden: Original Soundtrack yang berisikan 2 keping disc dengan total 78 tracks di tahun 1998 silam. Selamatkan Para Penduduk yang Terkurung Misi Musashi tentu saja tidak sesederhana “hanya” datang dan menghancurkan kekaisaran yang berusaha menguasai Allucaneet. Masih ada banyak penduduk yang terkurung di dalam Bicho Energy dan harus diselamatkan. Subquest ini mungkin terdengar mudah, namun cukup menantang di sisi penerapannya. Tidak jarang penduduk yang terkurung ini hanya bisa diakses dengan skill tertentu saja atau membutuhkan strategi tertentu untuk menyelamatkannya. Para penduduk ini akan memberikan reward yang cukup setimpal. Apa yang Saya Benci dari Brave Fencer Musashi?Skill Jebakan
Tidak jarang rasa penasaran Anda untuk melemparkan fusion dan mengasimilasi setiap musuh yang ada berujung ke kekecewaan besar, bahkan bencana. Beberapa musuh terkadang menghadirkan skill yang justru merugikan Musashi itu sendiri. Hal yang paling dibenci tentu saja mengetahui bahwa skill yang diserap ternyata tidak memberikan kontribusi yang berarti. Momen saat Anda berkata, “Kalau tahu gitu, gue nyimpen skill yang sebelumnya!”. Ini adalah momen yang akan sering Anda rasakan. Ke mana Saya Harus Melangkah? Gameplay yang dihadirkan oleh Musashi hampir menjadikan game ini sebuah open-world. Bagaimana tidak? Kita memang memiliki quest-quest yang harus dilaksanakan, namun dengan kurangnya informasi yang ada, Anda harus cermat untuk menentukan wilayah yang harus dieksplor. Tidak ada clue yang jelas membicarakan dimana letak tujuan Anda secara tepat. Keuntungannya, Anda bisa leveling up jika sering tersesat. Sisi negatifnya? Anda akan berjalan seperti pengembara tanpa tujuan. Kualitas Grafis Oke, kita kembali ke masalah yang mungkin terlewat klasik untuk dilewatkan. Walaupun tampilan yang dihasilkan masih menggambarkan sosok Musashi dan dunia dimana ia bernaung, kualitas grafis yang dihasilkan game ini harus diakui buruk. Tidak hanya semua elemen yang didesain begitu kotak, namun beberapa daerah dibangun seperti terputus begitu saja dari dunia sekitarnya. Untungnya, hal ini tidak terlalu berpengaruh karena gameplay yang dibawa Musashi menghasilkan adiksi yang membuat gamer gelap mata. Sensasi Setelah Memainkannya Kembali Walaupun saya tidak memainkannya terlalu lama, namun menghidupkan kembali Brave Fencer Musashi benar-benar membawa kembali semua kenangan yang lama terkubur. Dari adegan-adegan penuh memori saat mendapatkan Lumina hingga musik yang mengitari ketika Musashi mulai melakukan eksplorasi untuk menyelesaikan quest pertama. Semuanya terasa begitu melekat di otak. Bahkan, kualitas grafis yang buruk (apalagi dari kacamata saat ini) tidak berpengaruh signifikan ke kenikmatan memainkan game ini. Jika Anda merupakan gamer yang pernah memainkan game ini dan memiliki waktu luang, tidak ada salahnya memainkan kembali Brave Fencer Musashi ini. Saya sendiri terakhir kali berperan sebagai Musashi saat game ini dilahirkan kembali untuk Playstation 2 dengan sosok karakter yang lebih dewasa. Gameplay yang diusung memang tidak jauh berbeda, termasuk juga plot yang dihadirkan. Walaupun secara rata-rata Musashi di PS2 mampu menghibur dan membuat saya bertahan lama di layar televisi, belum ada yang bisa mengalahkan sensasi yang dihasilkan seri Musashi di Playstation. No one can beat the classics! Mungkin ini saat yang tepat pula untuk mengucapkan bagi teman dari masa lalu yang menjadi racun bagi saya untuk mencintai game ini. Musashi rocks!
0 Comments
Leave a Reply. |
Categories
All
Archives
December 2017
|